18 Mei 2013

0

Semau Maumu - Kiai Kanjeng

  • 18 Mei 2013
  • Akulah Aku
  • Kalau memang itu maumu
    mencari bahagia dengan menuruti nafsu
    terserah kamu

    Pandailah sendiri
    dan bodohlah sendiri

    Kehidupan dan kematian
    keuntungan dan kerugian
    kau sendiri yang menentukan sesudah Tuhan

    Ke utara atau ke selatan
    cahaya atau kegelapan
    kau sendiri yang mengambil keputusan

    Buat apa ku mengingatkan
    kalau tuhan saja tiada engkau dengarkan
    silakan jalan

    Hebatlah sendiri
    dan konyollah sendiri

    Kenikmatan dan kepuasan
    bukanlah pada khayalan
    tapi didalam sehatnya akal pikiran

    Mencari rahasia tuhan
    sejatinya kebahagiaan
    memijakkan kaki di bumi kenyataan

    Lampiaskan semau-maumu
    hanyutkanlah diri sesuka-sukamu
    telanlah api dunia sekenyangmu
    tapi jangan sesalkan akan cepat datang mautmu
    Read More
    0

    Makna Dibalik Lagu Ilir-Ilir

  • Akulah Aku

  • Lir ilir lir ilir tandure wong sumilir
    Tak ijo royo royo
    Tak sengguh penganten anyar
    Bocah angon bocah angon penekno blimbing kuwi
    Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro
    Dodotiro dodotiro kumintir bedah ing pinggir
    Dondomono jrumatono kanggo seba mengko sore
    Mumpung padang rembulane
    Mumpung jembar kalangane
    Yo surak’0 surak hiyo
    • Makna yang terkandung lagu di atas adalah sbb:
    1. Lir-ilir, Lir-ilir (Bangunlah, bangunlah)
    2. Tandure wus sumilir (Tanaman sudah bersemi)
    3. Tak ijo royo-royo (Demikian menghijau)
    4. Tak sengguh temanten anyar (Bagaikan pengantin baru)
    Makna: Sebagai umat Islam kita diminta bangun. Bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk lebih mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh Alloh dalam diri kita yang dalam ini dilambangkan dengan Tanaman yang mulai bersemi dan demikian menghijau. Terserah kepada kita, mau tetap tidur dan membiarkan tanaman iman kita mati atau bangun dan berjuang untuk menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin baru.
    1. Cah angon, cah angon (Anak gembala, anak gembala)
    2. Penekno Blimbing kuwi (Panjatlah (pohon) belimbing itu)
    3. Lunyu-lunyu penekno (Biar licin dan susah tetaplah kau panjat)
    4. Kanggo mbasuh dodotiro (untuk membasuh pakaianmu)
    Makna: Disini disebut anak gembala karena oleh Alloh, kita telah diberikan sesuatu untuk digembalakan yaitu HATI. Bisakah kita menggembalakan hati kita dari dorongan hawa nafsu yang demikian kuatnya? Si anak gembala diminta memanjat pohon belimbing yang notabene buah belimbing bergerigi lima buah. Buah belimbing disini menggambarkan lima rukun Islam. Jadi meskipun licin, meskipun susah kita harus tetap memanjat pohon belimbing tersebut dalam arti sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam apapun halangan dan resikonya. Lalu apa gunanya? Gunanya adalah untuk mencuci pakaian kita yaitu pakaian taqwa.
    1. Dodotiro, dodotiro (Pakaianmu, pakaianmu)
    2. Kumitir bedah ing pinggir (terkoyak-koyak dibagian samping)
    3. Dondomono, Jlumatono (Jahitlah, Benahilah!!)
    4. Kanggo sebo mengko sore (untuk menghadap nanti sore)
    Makna: Pakaian taqwa kita sebagai manusia biasa pasti terkoyak dan berlubang di sana sini, untuk itu kita diminta untuk selalu memperbaiki dan membenahinya agar kelak kita sudah siap ketika dipanggil menghadap kehadirat Alloh SWT.
    1. Mumpung padhang rembulane (Mumpung bulan bersinar terang)
    2. Mumpung jembar kalangane (mumpung banyak waktu luang)
    3. Yo surako surak iyo!!! (Bersoraklah dengan sorakan Iya!!!)
    Makna: Kita diharapkan melakukan hal-hal diatas  ketika kita masih sehat (dilambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan Iya!!!…… Lir ilir, judul dari tembang di atas. Bukan sekedar tembang dolanan biasa, tapi tembang di atas mengandung makna yang sangat mendalam. Tembang karya Kanjeng Sunan ini memberikan hakikat kehidupan dalam bentuk syair yang indah. Carrol McLaughlin, seorang profesor harpa dari Arizona University terkagum kagum dengan tembang ini, beliau sering memainkannya. Maya Hasan, seorang pemain Harpa dari Indonesia pernah mengatakan bahwa dia ingin mengerti filosofi dari lagu ini. Para pemain Harpa seperti Maya Hasan (Indonesia), Carrol McLaughlin (Kanada), Hiroko Saito (Jepang), Kellie Marie Cousineau (Amerika Serikat), dan Lizary Rodrigues (Puerto Rico) pernah menterjemahkan lagu ini dalam musik Jazz pada konser musik “Harp to Heart“.

    Apakah makna mendalam dari tembang ini? Mari kita coba mengupas maknanya

    Lir-ilir, lir-ilir tembang ini diawalii dengan ilir-ilir yang artinya bangun-bangun atau bisa diartikan hiduplah (karena sejatinya tidur itu mati) bisa juga diartikan sebagai sadarlah. Tetapi yang perlu dikaji lagi, apa yang perlu untuk dibangunkan?Apa yang perlu dihidupkan? hidupnya Apa ? Ruh? kesadaran ? Pikiran? terserah kita yang penting ada sesuatu yang dihidupkan, dan jangan lupa disini ada unsur angin, berarti cara menghidupkannya ada gerak..(kita fikirkan ini)..gerak menghasilkan udara. ini adalah ajakan untuk berdzikir. Dengan berdzikir, maka ada sesuatu yang dihidupkan.

    tandure wus sumilir, Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar. Bait ini mengandung makna kalau sudah berdzikir maka disitu akan didapatkan manfaat yang dapat menghidupkan pohon yang hijau dan indah. Pohon di sini artinya adalah sesuatu yang memiliki banyak manfaat bagi kita. Pengantin baru ada yang mengartikan sebagai Raja-Raja Jawa yang baru memeluk agama Islam. Sedemikian maraknya perkembangan masyarakat untuk masuk ke agama Islam, namun taraf penyerapan dan implementasinya masih level pemula, layaknya penganten baru dalam jenjang kehidupan pernikahannya.

    Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi. Mengapa kok “Cah angon” ? Bukan “Pak Jendral” , “Pak Presiden” atau yang lain? Mengapa dipilih “Cah angon” ? Cah angon maksudnya adalah seorang yang mampu membawa makmumnya, seorang yang mampu “menggembalakan” makmumnya dalam jalan yang benar. Lalu,kenapa “Blimbing” ? Ingat sekali lagi, bahwa blimbing berwarna hijau (ciri khas Islam) dan memiliki 5 sisi. Jadi blimbing itu adalah isyarat dari agama Islam, yang dicerminkan dari 5 sisi buah blimbing yang menggambarkan rukun Islam yang merupakan Dasar dari agama Islam. Kenapa “Penekno” ? ini adalah ajakan para wali kepada Raja-Raja tanah Jawa untuk mengambil Islam dan dan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak para Raja itu dalam melaksanakan Islam.

    Lunyu lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro. Walaupun dengan bersusah payah, walupun penuh rintangan, tetaplah ambil untuk membersihkan pakaian kita. Yang dimaksud pakaian adalah taqwa. Pakaian taqwa ini yang harus dibersihkan.

    Dodotiro dodotiro, kumitir bedah ing pinggir. Pakaian taqwa harus kita bersihkan, yang jelek jelek kita singkirkan, kita tinggalkan, perbaiki, rajutlah hingga menjadi pakain yang indah ”sebaik-baik pakaian adalah pakaian taqwa“.
    dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore. Pesan dari para Wali bahwa suatu ketika kamu akan mati dan akan menemui Sang Maha Pencipta untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatanmu. Maka benahilah dan sempurnakanlah ke-Islamanmu agar kamu selamat pada hari pertanggungjawaban kelak.

    Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane. Para wali mengingatkan agar para penganut Islam melaksanakan hal tersebut ketika pintu hidayah masih terbuka lebar, ketika kesempatan itu masih ada di depan mata, ketika usia masih menempel pada hayat kita.

    Yo surako surak hiyo. Sambutlah seruan ini dengan sorak sorai “mari kita terapkan syariat Islam” sebagai tanda kebahagiaan. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (Al-Anfal :25)

     Sumber
    Read More

    18 April 2013

    0

    Jiwa Kelabu Masa Lalu

  • 18 April 2013
  • Akulah Aku












  • Kosong...
    Itulah yang kurasakan atas diriku ini. Melompong tak ada isi yang terkendali. Melonglong seperti anjing yang berlari-lari. Pun seperti comberan yang terbuang tak berarti.

    Hampa...
    Itulah keadaan jiwaku dimasa lalu. Kelabu karna banyaknya dosa saat itu. Hingga membuatku tak sadar jika ku tak mampu. Menghadirkan Dia dalam hidupku. Hinalah aku...

    Gambaran diri ini
    Seperti mendung yang tak jua hujan
    Seperti bisul yang tak jua meletus
    Seperti kemarau yang tak jua hujan
    Seperti matahari yang merindukan rembulan
    Seperti Pelangi yang tak jua hilang
    Seperti aku yang merindukan-Mu

    Aku kalut...Aku kusut...Aku takut
    Haruslah kurunut
    Hidup yang penuh hasut
    Hidup yang kalang kabut
    Biar damai menyambut
    Stelah nama-Mu kusebut
    Dalam jiwa yang berkabut
    Engkaulah Yang maha Lembut


    Read More
    0

    Tentang Aku

  • Akulah Aku









  • Berlari ku dikejar bayangan ilusi
    Atas banyaknya dosa yang menghantui
    Tak pernah ku memahami
    Tak mampu ku mengerti
    Setiap detik, menit, jam...juga hari
    Seakan terbuang percuma tak mampu terhindari
    Kotornya tubuh ini
    Hinanya diri ini
    Hingga terbesit tanya dalam hati
    Siapakah aku ini?

    Sesal kini makin mengganjal
    Kulalui jalan berliku nan terjal
    Kutapaki bukit yang semakin menghimpit
    Kuarungi samudra yang serasa ternoda
    Tuk menggapai kerinduan akan apa yang tak kupahami
    Sejak kulahir di dunia ini

    Wahai hati dan jiwaku
    Kembalilah pada Sang Penciptamu
    Bangkitkan cinta dan Rindumu
    Tebarkan kasih dan sayangmu
    Rasakan makna atas semua itu
    Agar kau paham siapa dirimu

    Wahai Tuhanku
    Bimbinglah aku melebur dalam cinta-Mu
    Menyatu dengan-Mu tak harus satu
    Karna Engkau memanglah satu

    Rengkuhlah aku dalam Rindu dan kuasa-Mu
    Ampuni segala noda dan dosaku
    Tunjukilah jalan yang Nikmat itu
    Jika kelak ku kembali pada-Mu
    Hanya Engkau yang kutuju

    Karna...
    Rindu yang Menggebu


    Read More